Skip to main content
Serang, Indonesia

May 4, 2024

Mengulas sisi desain fitur Instagram Notes

Jika pernah hadir di zaman BBM, pasti tidak asing dengan fitur ini. BBM status dibangkitkan dari kubur oleh Instagram.

Design
9 mins read

Saya yakin banyak di antara kita yang masih ingat masa keemasan Blackberry Messenger atau BBM, bukan? Salah satu fitur yang paling melekat adalah status, yang kini seolah dibangkitkan dari kubur oleh Instagram melalui fitur bernama Instagram Notes.

Sekilas, perilisan fitur ini bernuansa nostalgia terutama bagi sebagian orang Indonesia. Saya pun menjadi teringat akan betapa serunya meng-update status dulu, mulai dari yang sederhana seperti update status lagi dimana, sedang mendengarkan lagu apa, hingga yang penuh kode-kode rahasia untuk menyampaikan pesan kepada gebetan.

Tidak ada yang baru di bawah langit

Tetapi, apakah ini sebuah inovasi baru? Sejak zaman sebelum teknologi digital merajalela, manusia sudah menemukan cara untuk menyampaikan informasi status atau keadaan melalui berbagai cara. Misalnya di desa, ada pola dan kode kentongan yang digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan tertentu tanpa menggunakan kata. Ini menunjukkan manusia selalu mencari cara untuk berkomunikasi.

Seiring dengan kemajuan teknologi, yang saya ingat dulu itu ya era YM (bukan Yusuf Mansur) Yahoo Messenger, Facebook, dan kini Instagram, update status tidak cuma membagikan informasi; melainkan jadi media ekspresi diri yang tak terbatas. Bentuk statusnya pun yang makin bervariasi, dari yang paling tradisional yaitu teks, video, gambar, dan suara, hingga yang canggih sekalipun menggunakan kombinasi bermacam bentuk.

Tampilan halaman profil

Banyaknya gempuran social media yang makin beragam, langkah Instagram membuat fitur berfokus pada teks jadi sorotan. Kata Mosseri, pimpinan dari Instagram, fitur ini sangat laku untuk remaja. Saya terkejut mendengar bahwa Instagram Notes begitu diminati. Padahal, saya beranggapan generasi Z lebih tertarik pada media visual. Hal menarik lainnya dari hasil pengujian ke pengguna, orang-orang menyukai berbagi status mereka dengan sesuatu yang tanpa effort alias ringan untuk memulai obrolan.

Dalam tulisan ini, saya akan mengulas lebih lanjut tentang desain dari Instagram Notes dari sudut pandang pribadi. Namun, di balik itu semua, tulisan ini perdana bagi saya untuk berbagi pembelajaran tentang strategi pemasaran produk dalam skala besar kepada khalayak luas.

Uji dulu, rilis global kemudian

Alur Fase Rilis

Instagram dikenal dengan pendekatannya yang hati-hati dalam merilis fitur baru, dan Instagram Notes tidak terkecuali. Mereka menggunakan metode rilis parsial untuk menguji konsep dan kegunaan produk sebelum diluncurkan secara global. Ini berarti fitur Notes akan dirilis terlebih dahulu kepada sekelompok kecil pengguna yang ditargetkan atau secara acak, sebelum kemudian diperluas ke seluruh pengguna. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan Instagram untuk mendapatkan umpan balik yang lebih akurat dari pengguna, tetapi juga memberikan buffer time atau bagi mereka untuk memastikan kesesuaian dengan regulasi setempat.

Bagi saya, pendekatan ini adalah strategi yang sangat ideal, terutama bagi perusahaan yang sudah mapan. Dengan cara ini, mereka dapat menguji fitur dengan data yang lebih akurat dan memastikan bahwa fitur yang dibangun benar-benar bermanfaat bagi pengguna sebelum dirilis secara luas.

Pendaratan yang tepat di fitur notes

Onboarding? Coachmark? Ngga ada sama sekali. Senyap… dan itu bagus

Biasanya, ketika Instagram memperkenalkan fitur baru, kita sering melihat pemberitahuan atau pengenalan melalui Instagram Stories yang mentereng muncul di halaman depan kita–yang memang efektif sebagai alat pemasaran. Namun, akhir-akhir ini (atau bahkan sudah lama?), sepertinya cara ini mulai dihilangkan. Memang annoying kelamaan. Ini mungkin disebabkan oleh kesadaran bahwa pengguna merasa terganggu jika informasi update terlalu sering muncul, terutama mengingat laju pengembangan aplikasi yang begitu cepat.

Tampilan halaman profil dan pesan

Pendaratan pengguna ke fitur Notes sendiri terbilang sederhana bin efektif karena memanfaatkan placement cara masuk di dua halaman paling sering dibuka oleh pengguna: Halaman profil pengguna dan pesan.

Desainnya juga cukup menarik perhatian tapi tidak disruptive, dengan tata letak yang menempatkan fitur Notes di bagian atas. Namun, sayangnya, saat saya mencoba menggunakan fitur ini untuk pertama kalinya, saya tidak menemukan penjelasan yang cukup tentang apa sebenarnya fitur ini atau mungkin saya yang kurang update untuk eksplorasi. Saya harus mencoba sendiri untuk mengetahui lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan dalam benak saya yaitu “ini fitur naon sih?”.

Membuat notes baru

Proses membuat Notes tidak begitu meriah atau mencolok seperti mengunggah foto atau story. Semuanya dimulai dengan mengklik objek berbentuk gelembung yang melayang di atas foto profil kita. Meskipun tempatnya sudah cukup menonjol, tetapi tidak begitu konflik kepentingan dengan fitur yang lain.

Penggunaan gelembung yang melayang di atas foto profil adalah pilihan visual yang cerdas menurut saya. Jika kamu pernah membaca komik atau bahkan bermain game, penggunaan gelembung ini seperti kita sedang menyampaikan sesuatu secara lisan atau di dalam hati. Dengan adanya petunjuk visual yang meniru hal-hal yang familiar dalam kehidupan sehari-hari, interaksi menjadi lebih terasa alami dan intuitif. Penggunaan ini sering disebut sebagai skeuomorphism.[1]

Arah visual menggunakan gelembung membuat saya teringat pada Twitter Fleets, saingan Instagram Story yang sudah disuntik mati. Detail elemen dalam komponen ini sangat diperhatikan dan mirip-mirip secara bentuk.

Twitter Fleets and Instagram Notes

Gelembung chat yang adaptif

Selain dari segi visual, interaksi saat menulis Notes juga menjadi favorit saya. Gelembung atau wadah Notes beradaptasi dengan teks yang ditulis, tetapi tetap mempertahankan bentuknya.

Namun, perlu diperhatikan bahwa ketika jumlah baris teks melebihi empat, area konten memiliki ketinggian maksimum. Hal ini membuat pengguna perlu melakukan scroll untuk melihat isi konten di baris pertama. Asumsiku adalah untuk mempertahankan konsistensi dalam tampilan Notes ketika sudah dibagikan, sehingga tidak mengganggu tata letak di halaman lain, contohnya di halaman pesan.

Satu hal yang mungkin menjadi dampak yang tidak diinginkan adalah antarmuka seperti memberi arahan secara tidak langsung agar pengguna menulis notes cukup tiga baris saja, tanpa perlu terlalu panjang. Mungkin ini jadi salah satu ujud yang diinginkan oleh designer?

Sembunyikan maksimal karakter sebelum menulis

Instagram Notes menggunakan prinsip progressive disclosure, yang hanya menampilkan informasi yang relevan dan diperlukan pada saat yang tepat. Prinsip ini membantu mencegah pengguna dari kebingungan karena terlalu banyak informasi yang tidak penting.

Menurut saya, penggunaan prinsip ini juga bertujuan untuk memungkinkan pengguna untuk fokus pada menulis Notes tanpa harus terlalu memikirkan batasan karakternya terlebih dahulu. “Tulis weh, ga usah overthinking”.

Opsi notes yang lebih dari sekadar tulisan

Saat pertama kali mendengar tentang “Notes”, saya mengasumsikan bahwa fitur ini hanya untuk menulis teks. Namun, ternyata, saya salah. Instagram Notes menawarkan lebih dari itu; pengguna dapat membuat Notes berupa musik dan video. Namun, menurut saya, secara branding, hal ini agak ambigu. Instagram mungkin bisa lebih baik dalam menentukan nama untuk fitur ini.

Apalagi, dengan peluncuran TikTok Notes, yang notabene adalah sebuah aplikasi untuk membagikan foto, membuat semuanya semakin rumit. Lah Instagram-ception?

Bagikan musik agar lebih asik

Pengguna dapat memilih musik dari pustaka Instagram untuk dibagikan, dengan atau tanpa teks. Beda halnya dengan BBM Status, ada pengaturan untuk secara otomatis membagikan apa yang sedang didengarkan. Yang terkadang kocak, bisa jadi kita membagikan status yang tidak diinginkan.

Kemungkinan opsi pembagian otomatis ini sedang dalam pengembangan di update berikutnya. Berharap saja dulu.

Bagikan video agar tidak loyo

Perbedaan mencolok antara penggunaan musik dan video dalam Notes adalah bahwa untuk video, pengguna diharuskan untuk menyertakan teks. Asumsi saya ini mungkin diambil untuk mempertahankan esensi dan daya tarik dari sebuah video, yang seringkali dapat mengkomunikasikan suasana dan cerita tanpa perlu bantuan teks. Namun, tentu saja, ada konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti sulitnya bagi pengguna tunanetra untuk mengakses konten yang dibagikan.

Hal yang menarik lainnya, fitur pembuatan Notes dengan mode video hanya tersedia di halaman pesan. Dan ketika dibagikan, Notes video tidak muncul di halaman profil. Saya pun belum paham kenapa perlu dibedakan.

Instagram Notes Placement Different Function

Membuat minimum viable product yang semestinya

Ketika Instagram memperkenalkan fitur Notes di tahun lalu, mereka membawa opsi untuk memilih tujuan berbagi Notes di awal diluncurkan. Menurut saya, pendekatan ini menunjukkan bahwa Instagram memprioritaskan pengguna, dengan menyesuaikan fitur sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Ini juga mencerminkan komitmen untuk memberikan kendali kepada pengguna atas konten yang mereka bagikan.

Namun, penting untuk tetap fleksibel dalam menjalankan prinsip Minimum Viable Product (MVP). Fitur yang disajikan haruslah memenuhi kebutuhan pengguna, tetapi juga harus memberikan ruang untuk inovasi dan perkembangan berkelanjutan, tanpa terlalu terpaku kaku prinsip MVP.

Manusia makhluk sosial bukan makhluk engagement

Saat kita membahas “engagement” di platform media sosial, penting untuk mengingat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Fitur Notes di Instagram tidak hanya dirancang untuk meningkatkan engagement, tetapi juga untuk mendorong interaksi yang bermakna antar pengguna. Ini lebih dari sekadar membuat tulisan; tujuannya adalah menjaga pengguna tetap terlibat dan terhubung dalam lingkaran pengguna Instagram.

Dari perspektif bisnis, fitur Notes mungkin tidak terlalu berguna bagi akun influencer, media, atau promosi lainnya. Namun, kita dapat memanfaatkannya sebagai alat untuk meningkatkan engagement, seperti memasang iklan baris yang tetap terlihat setelah 24 jam berlalu. Hal ini karena Notes memiliki keistimewaan tersendiri di halaman profil kita, sehingga dapat menarik perhatian lebih mencolok.

Ketika suatu Notes disukai dari pengguna lain, sentuhan kecil namun bermakna diberikan dengan menambahkan elemen delightful. Misalnya, ketika kita membuka halaman pesan pertama kali Notes disukai, ada animasi partikel hati di bawah Notes yang telah kita bagikan. Tidak begitu distraksi karena hanya muncul sekali saja.

Apa yang bisa dioptimalkan?

Dalam ekosistem Instagram saat ini, kita menghadapi enam jenis tampilan utama yang menjadi pusat lalu lalang perhatian pengguna:

  1. Feed foto dan video, mencakup konten pribadi dan beranda.
  2. Feed Reels.
  3. Feed Instagram Story.
  4. Feed pesan.
  5. Dan yang terbaru, feed Notes.

Notes nampaknya berusaha untuk menjadi jalur atau konten tersendiri yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Namun, kita harus mengakui bahwa semakin banyak opsi yang tersedia, semakin rumit pilihan bagi pengguna. Berdasarkan pengalaman pribadi, hanya sedikit dari ribuan pengikut saya yang benar-benar menggunakan fitur ini. Pertanyaannya, apakah fitur ini akan bertahan lama? Jawabannya mungkin hanya waktu yang akan menjawab.

Perhatian khusus perlu diberikan pada konflik kepentingan yang muncul ketika Notes ditempatkan di halaman pesan. Hal ini membuat Notes terasa tidak relevan dan mengganggu fungsi utama dari halaman pesan itu sendiri. Sebagai hasilnya, Notes terlihat lebih seperti iklan baris yang ingin menarik perhatian, daripada bagian organik dari pengalaman berbagi.

Saya berencana untuk menyusun tulisan lanjutan yang akan mengeksplorasi bagaimana kita dapat mengoptimalkan desain fitur Instagram Notes sehingga mungkin bisa menyelesaikan permasalahan ini. Stay tune di tulisan lanjutannya ya.

Terima kasih telah membaca hingga akhir. Jika kamu memiliki saran atau pandangan tambahan tentang ulasan fitur ini, saya akan sangat senang untuk berdiskusi lebih lanjut di X atau di platform lain.


  1. https://www.interaction-design.org/literature/topics/skeuomorphism ↩︎